Saat ini, digitalisasi logistik menjadi bagian penting yang perlu dipertimbangkan dalam proses manajemen distribusi pelaku bisnis. Di Indonesia sendiri, transformasi rantai pasok dan logistik yang berbasis teknologi digital terus didorong pertumbuhannya oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi biaya logistik, menurunkan biaya administrasi dan meminimalisir biaya-biaya lainnya yang tidak dibutuhkan.
Dikutip dari laman resmi Kemenperin, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemenperin, Achmad Sigit Dwiwahjono menyebut jika “Transformasi logistik yang berbasis digital sangat diperlukan mengingat adanya tren sosial dan perubahan pola bisnis pada era digital.” Itu artinya, tren yang ada di masyarakat cukup berpengaruh terhadap bisnis industri logistik.
Selain itu, digitalisasi logistik juga terjadi karena adanya revolusi industri di berbagai sektor. Dalam logistik sendiri, perkembangan terjadi mulai dari jaringan logistik, kegiatan logistik, sampai dengan transportasi logistik. Berikut ini revolusi yang terjadi dalam industri logistik.
- Logistik 1.0 (Mekanisasi)
Seluruh proses logistik pada masa ini masih bersifat sederhana dan manual. Bahkan, transportasi pun masih menggunakan mesin uap.
- Logistik 2.0 (Elektronisasi)
Pada tahap ini, meski masih transportasi masih menggunakan mesin uap, namun jaringan logistik sudah mulai berkembang dan mulai terintegrasi
- Logistik 3.0 (Digitalisasi)
Di fase ini, sistem digital sudah berkembang dan mengambil alih berbagai proses logistik dan transportasi, salah satunya penggunaan software.
- Logistik 4.0 (Cyber Physical System)
Tahap yang saat ini mulai berkembang di proses logistik. Di mana, seluruh kegiatan dan transportasi dijalankan dengan berbasis internet.
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai proses revolusi dalam industri logistik, baca artikel berikut ini.
Mengacu dari perkembangan revolusi tersebut, saat ini industri logistik Indonesia berada pada tahap 3.0 dan 4.0. Maka, secara tidak langsung digitalisasi dan teknologi memiliki andil yang cukup besar terhadap proses pengiriman, termasuk pengiriman last mile.
Ada beberapa akibat yang ditimbulkan dari adanya perkembangan sistem digital terhadap pengiriman last mile. Beberapa akibat inilah yang menjadi alasan mengapa proses digitalisasi logistik perlu dilakukan mulai dari tahap awal pengiriman sampai dengan barang tiba di tujuan akhir.
Akibat Perkembangan Digitalisasi Terhadap Logistik Last Mile
Pexels.com/Tiger Lily
1. Adanya perubahan perilaku konsumen
Konsumen memiliki kekuatan mendorong perubahan dalam fungsi logistik dan supply chain, termasuk pengiriman last mile. Sejak logistik 3.0 sampai 4.0, penggunaan smartphone dan internet memberikan kemudahan bagi konsumen untuk akses yang sangat luas ke sumber informasi.
Itulah mengapa, hal ini berpengaruh pada perubahan permintaan mereka terhadap proses pengiriman last mile. Seperti misalnya muncul permintaan untuk melakukan semua proses pengiriman hanya dengan menggunakan ponsel, mulai dari proses pemesanan armada sampai pengiriman selesai.
Perubahan yang terjadi pada konsumen mengarah pada sesuatu yang lebih efisien. Segala kemudahan yang diberikan oleh sistem digital, membuat hal-hal yang bersifat tradisional semakin tidak dilirik dan ditinggalkan.
2. Munculnya kebutuhan atas perencanaan & penjadwalan transportasi
Efisiensi yang bersifat end-to-end dalam supply chain sangat penting dan menjadi kunci untuk mencapai pengiriman last mile yang berjalan mulus. Untuk itu, perkembangan digitalisasi logistik berakibat pada munculnya kebutuhan dalam hal pengoptimalan transportasi yang tepat.
Konsumen akan membutuhkan informasi mengenai transportasi logistik yang lebih terencana dan terjadwal. Mulai dari waktu loading, proses pengantaran, sampai bongkar muatan. Oleh sebab itu, dibutuhkan petugas operator dan perencana yang dapat merancang dan mengoptimalkan skenario transportasi yang baik selama pengiriman last mile.
3. Muncul permintaan untuk proses monitoring pengiriman
Di luar transportasi yang handal, sebagian besar konsumen dalam hal ini pelaku bisnis membutuhkan proses pelacakan untuk memantau produknya saat mereka bergerak melalui pengiriman last mile dari rantai pasokan. Untuk itu, adanya digitalisasi logistik memberi pengaruh juga pada munculnya permintaan untuk memonitoring pengiriman secara real-time.
Hal ini karena konsumen membutuhkan perasaan aman dan percaya bahwa muatannya diantar dan sampai dalam keadaan baik.
Ketiga hal di atas menjadi urgensi bagi para pelaku bisnis logistik untuk bisa menentukan langkah yang tepat dalam pengiriman mereka.
Lalu, Apa yang Bisa dan Perlu dilakukan oleh Pelaku Bisnis?
Pexels.com/Alena Darmel
Untuk menghadapi akibat dari perkembangan digitalisasi logistik, maka perusahaan, khususnya para pelaku UMKM perlu beradaptasi dengan segala kebutuhan yang ada. Salah satunya dengan mencari penyedia layanan last mile yang mampu mengadopsi segala kebutuhan bisnis. Langkah ini penting sebab berimbas langsung terhadap proses pengiriman.
Penyedia layanan last mile yang bisa dijadikan partner dalam mengadopsi proses digital adalah Kargo Tech. Layanan Kargo memungkinkan Anda meninggalkan cara lama pengiriman last mile, seperti halnya penggunaan banyak dokumen. Kargo bisa membantu proses tersebut menjadi simplify paperwork dengan menggantinya menggunakan ponsel. Mulai dari tahap awal pemesanan armada sampai proses akhir pengiriman last mile.
Selain itu, dalam hal perencanaan dan penjadwalan transportasi, Kargo juga bisa membantu dengan cara merancang dan mengoptimalkan skenario pengiriman menggunakan vendor dan driver handal sekaligus terpercaya. Lalu terakhir, Kargo juga bisa membantu kebutuhan Anda dalam hal memonitoring pengiriman secara transparan dan real-time.
Masih banyak juga beberapa fitur Kargo yang bisa membantu Anda dalam mengoptimalkan pengiriman last mile, seperti adanya pilihan FTL, multi drop, cash collection, atau layanan dari 1 Account Manager.
Ingin tahu lebih lanjut? Segera konsultasikan kebutuhan bisnis Anda di sini dan dapatkan semua kemudahannya dengan all-in-one service.
留言