Tantangan logistik di Indonesia perlu menjadi perhatian oleh berbagai pihak. Sektor logistik merupakan salah satu sektor kunci untuk proses keberlangsungan yang ada di tengah-tengah kehidupan masyarakat saat ini. Mengingat kebutuhan akan pendistribusian barang yang kian hari kian meningkat. Sejalan dengan itu, pastinya akan ada tantangan yang dihadapi dan patut menjadi perhatian, khususnya bagi Anda para pelaku usaha dan pengguna layanan logistik.
Tantangan yang dirasakan oleh industri logistik juga cukup besar dan tidak bisa dengan mudahnya disepelekan. Beberapa tantangan yang dihadapi seperti misal tingginya arus logistik, sibuknya rute-rute logistik yang ada, maupun dalam manajemen logistik yang ada.
Bagi pelaku bisnis logistik tentunya bukan hanya sekadar bagaimana menjaga keamanan muatan tetapi ada hal yang lebih luas, terutama jika membahas logistik di Indonesia. Belum lagi dengan adanya era baru industri e-commerce yang membuat tantangan menjadi berubah-ubah. Berikut tantangan logistik di Indonesia saat ini.
Tantangan Logistik di Indonesia
1. Biaya yang cenderung lebih tinggi
Di tahun 2019, katadata memaparkan grafik biaya logistik di Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (%PDB) relatif lebih tinggi dibanding negara lain yaitu di angka 24%. Inilah yang menjadi salah satu tantangan logistik di Indonesia. Aspek ini menjadi hal yang paling dirasakan oleh pelaku bisnis dan pengguna layanan logistik.
Dikutip dari portal berita Merdeka, Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani mengakui bahwa biaya logistik di Indonesia tahun 2021 terbilang sangat mahal, yaitu mencapai 23,5% dari PDB. Angka ini jelas jauh dari biaya logistik di negara-negara lain terutama kawasan Asean, termasuk Malaysia.
Ia melanjutkan bahwa biaya logistik di Malaysia hanya mencapai 13% dari PDB. Salah satu penyebab tingginya biaya logistik di Indonesia adalah karena berbelitnya proses pengajuan perizinan usaha, sehingga para pelaku usaha perlu mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk menyelesaikan hal tersebut.
Sedangkan bagi pengguna layanan logistik, masalah biaya bisa dirasakan pada saat penetapan harga di pelabuhan yang sudah tidak dipakai lagi oleh para negara lain. Kenaikan biaya bahan bakar, biaya internal, sampai infrastruktur yang tidak stabil mempengaruhi besarnya biaya pengiriman yang terjadi di masyarakat. Inilah yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat konsumerisme masyarakat untuk lebih memilih berbelanja di e-commerce tertentu yang menawarkan adanya gratis ongkos kirim.
2. Pembangunan infrastruktur yang belum merata
Dalam sistem distribusi logistik, infrastruktur menjadi aspek yang berkaitan langsung dengan proses di dalamnya yaitu terkait sektor transportasi, jalan, dan hubungan antar moda. Infrastruktur menjadi pilar penting dalam proses efisiensi logistik, sehingga ketika pembangunannya tidak merata antar wilayah bisa menjadi penghambat proses logistik. Alhasil, berakibat pada tingginya biaya yang dikeluarkan.
Media Indonesia memaparkan, tahun 2020, distribusi PDB masih didominasi wilayah Jawa (58,75%) dan Sumatera (21,36%). Sedangkan ada 4 wilayah yang harus ditingkatkan lagi kontribusinya yaitu Kalimantan (7,94%), Sulawesi (6,66%), Bali-Nusa Tenggara (2,94%) dan Papua (2,35)%.
Infrastruktur yang tidak merata tentunya tidak hanya berimbas langsung pada biaya logistik tetapi waktu pengiriman. Untuk itu, pemerataan infrastruktur dengan porsi yang pas adalah hal yang penting. Inilah salah satu tantangan logistik di Indonesia yang memang masih menjadi perhatian Presiden Joko Widodo.
3. Manajemen bisnis dan SDM
Pexels.com
Aspek lainnya yang masih menjadi tantangan logistik di Indonesia ialah terkait manajemen, baik itu bisnis maupun SDM. Peningkatan permintaan barang akibat daya beli masyarakat menyebabkan tantangan tersendiri dalam mewujudkan rantai logistik yang efisien dan benar.
Proses pendistribusian barang dari gudang ke tangan penerima menjadi meningkat begitu pun dengan manajemen stok barang, sehingga diperlukan satu manajemen yang bisa memantau secara akurat semua proses logistik demi menghindari kesalahan.
Selain itu, jika dari sisi manajemen SDM, tantangan bisa dirasakan karena perusahaan logistik harus bisa memperlakukan karyawan secara manusiawi tapi tetap dengan memberi keuntungan semaksimal mungkin. Tentu konsep ini bukan hal yang mudah untuk dilakukan.
4. Masih adanya sistem konvensional dalam proses logistik
Meski nyatanya perkembangan teknologi sudah jelas di depan mata, namun masih ada saja beberapa ekspedisi, khususnya di Indonesia yang bertahan dengan sistem lama dan konvensional dalam bisnis logistik. Salah satu faktor penyebabnya juga karena SDM yang ada.
Seperti masih aktifnya penggunaan kertas dalam pengelolaan administrasi. Cara ini tentu tidak hanya memakan waktu, biaya, tetapi juga membuat risiko pencatatan kesalahan jadi lebih besar.
Masih banyak pelaku logistik yang belum mau menerapkan logistic software dalam prosesnya. Padahal, logistic software bisa menawarkan solusi untuk seluruh manajemen logistik, seperti transportasi, inventory, warehousing, penanganan material, dan pengemasan. Lagi dan lagi, faktor biaya yang menyebabkan adanya keraguan.
5. Kendala geografis dan isu lingkungan
Pexels.com
Tidak bisa dipungkiri kalau Indonesia memiliki kondisi geografis yang unik dibandingkan dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara. Jumlah pulau yang terdiri dari kurang lebih 17.500 menjadi salah satu tantangan logistik di Indonesia yang menyulitkan para pelaku usaha.
Proses pengiriman barang dari satu wilayah ke wilayah lain di Indonesia masih menjadi hambatan karena wilayah lautan lebih luas dibanding daratan. Di negara lain seperti Amerika Serikat dan Tiongkok, proses logistik sudah bisa menjangkau hampir mayoritas daerahnya. Hal ini lantaran besarnya area daratan yang membentang di kedua negara tersebut. Ditambah lagi dengan jaringan transportasi yang lebih baik.
Selain itu, sektor logistik juga bisa berpeluang sangat besar dalam memberikan isu lingkungan, yaitu pemanasan global. Sistem konvensional yang sudah disebutkan sebelumnya, membuat masyarakat menjadi terbiasa dalam menggunakan kertas sehingga berakibat pada perubahan lingkungan seperti penebangan pohon.
Itulah tadi sejumlah tantangan logistik di Indonesia. Dalam hal manajemen logistiknya sendiri pun ada tantangan lain yang masih harus dihadapi, seperti misalnya hubungan dengan vendor / supplier. Pelaku industri logistik harus mampu memahami vendor yang sama-sama mendapat keuntungan dari jasa atau produk yang mereka berikan. Harus ada standarisasi jelas yang mengatur kesepakatan kedua belah pihak.
Tentunya tantangan logistik di Indonesia yang sudah disebutkan di atas tidak hanya menjadi PR bagi penyedia jasa logistik dan penggunanya, tetapi juga pemerintah sebagai pemangku kekuasaan dan pembuat aturan yang menaungi. Terutama terkait pemerataan infrastruktur serta isu lingkungan yang ada saat ini.
Banyak cara dan inovasi terbaru yang dihadirkan dalam usaha mengatasi tantangan logistik ini, salah satunya dengan digitalisasi sistem logistik. Seperti halnya penggunaan Software as a Service yang ditawarkan Kargo Technologies dengan tujuan efisiensi dan kemudahan distribusi logistik.
Commentaires